Akan kuungkapkan sebuah rahasia ...
Kala mata mulai tak bisa terpejam
Saat rasa biaskan semburat angan
Ada senyum dibalik keresahan
Juga tangis terurai bersama mimpi
Sadarkah?
Hati ini telah memilih ...
Meskipun semaian itu belum bertumbuh
Walapun arah belum jelas terpatri
Seperti dandelion yang terbang semampunya
Mengertikah?
Diri telah jatuh dalam kesan mendalam
Entah itu dekap hangat sang platonis
Ataupun hanya sekedar kecupan eros
Tetapi keyakinan takkan terhapuskan
Camkanlah ...
Pertahanan belumlah goyah seluruhnya
Bertubi hempasan telah tinggalkan luka
Namun belum cukup runtuhkan segala hasrat
Dan tak pernah ada kata menyerah
Kecuali, kala lemah menuntunmu berkesudahan
Dialah yang selalu manis tersembunyi dalam setiap lembar kehidupan...sisi lain antara siang dan malam yang selalu berpendar dalam senyum, tawa, dan air mata...
Sabtu, 03 Desember 2011
Senin, 21 November 2011
Heart Note ...
Jejak langkah itu entah sengaja tertinggal
Atau mungkin hanya sebagian kenangan
Sesuatu yang masih ingin kau ingat
Aku tak tahu ...
Hanya mampu biaskan keingintahuan sesaat
Menjadi buih kegundahan yang tak beralasan
Sedikit iri akan masa lalu
Mebuahkan beribu andai dalam sukmaku
Wahai hati, mengapa harus dia?
Seseorang yang tertambat sauh rinduku
Ritme yang seolah mengalir pelan
Membisikkan derai asa yang tak kunjung hilang
Duhai kekasih masa depan ...
Bila nanti harapan itu menjadi nyata
Aku takkan menjanjikan apapun
Karena aku manusia biasa
Duhai kekasih masa depan ...
Cintaku pun hanya cinta biasa
Mungkin menjadi luar biasa
Bila kamu yang memilikinya
Duhai kekasih masa depan...
Kini, usaha menjadi teman semangatku
Untuk senantiasa berikan warna hidupmu
Dan senyum dalam setiap lembar kisahmu
Atau mungkin hanya sebagian kenangan
Sesuatu yang masih ingin kau ingat
Aku tak tahu ...
Hanya mampu biaskan keingintahuan sesaat
Menjadi buih kegundahan yang tak beralasan
Sedikit iri akan masa lalu
Mebuahkan beribu andai dalam sukmaku
Wahai hati, mengapa harus dia?
Seseorang yang tertambat sauh rinduku
Ritme yang seolah mengalir pelan
Membisikkan derai asa yang tak kunjung hilang
Duhai kekasih masa depan ...
Bila nanti harapan itu menjadi nyata
Aku takkan menjanjikan apapun
Karena aku manusia biasa
Duhai kekasih masa depan ...
Cintaku pun hanya cinta biasa
Mungkin menjadi luar biasa
Bila kamu yang memilikinya
Duhai kekasih masa depan...
Kini, usaha menjadi teman semangatku
Untuk senantiasa berikan warna hidupmu
Dan senyum dalam setiap lembar kisahmu
Jumat, 21 Oktober 2011
Simple Love
Tak perlu bulan untuk lukiskan
Segala terang pada kesunyian
Tak perlu tahun untuk larutkan
Seluruh jernih dalam keruh itu
Tak perlu beribu ucap untuk sampaikan
Sirat rasa dalam keindahan
Tak perlu berjuta kata untuk ungkapkan
Bersit mimpi akan bahagia
Hanya perlu merasakan sedikit sipu
Kala detak nadi melaju dengan cepat
Menikmati aliran rindu
Yang melewati setiap alurnya
Begitulah rona cinta
Memerah pada sebagian wajahya
Dia akan beranjak menghampiri
Ketika kau meyakininya
Lalu akan menetap selamanya
Ketika kau mempercayainya
Begitulah dimensi cinta
Luas, namun sederhana
Sekedar resapi dan pahami
Kau akan temukan apa yang kau cari
Tanpa harus terengah sendiri
Karena dia takkan pergi
Segala terang pada kesunyian
Tak perlu tahun untuk larutkan
Seluruh jernih dalam keruh itu
Tak perlu beribu ucap untuk sampaikan
Sirat rasa dalam keindahan
Tak perlu berjuta kata untuk ungkapkan
Bersit mimpi akan bahagia
Hanya perlu merasakan sedikit sipu
Kala detak nadi melaju dengan cepat
Menikmati aliran rindu
Yang melewati setiap alurnya
Begitulah rona cinta
Memerah pada sebagian wajahya
Dia akan beranjak menghampiri
Ketika kau meyakininya
Lalu akan menetap selamanya
Ketika kau mempercayainya
Begitulah dimensi cinta
Luas, namun sederhana
Sekedar resapi dan pahami
Kau akan temukan apa yang kau cari
Tanpa harus terengah sendiri
Karena dia takkan pergi
Selasa, 18 Oktober 2011
1/2 Gila
Menangis dalam terjaga di tengah malam
Mata sama seperti hati
Tak bisa terpejam
Meski sejenak ...
Ingin rasanya berteriak
Memecah kesunyian yang seperti sangkar
Mengurung sukma ini
Dalam pilu yang memberontak
Jiwa koyak seperti tanpa tuan
Ada tetes rindu megalir dari celahnya
Mencari sebuah cawan penenang
Yang tak tahu ada dimana
Hai...
Dengarlah seruan ini!!!
Bukalah sumbat telinga itu
Agar kau dapat menjamah sedikit kerapuhan
Tolonglah...
Papah diri yang tak mampu berdiri
Agar mampu melihat kenyataan
Bahwa dunia telah berbeda
Hai...
Kau tahu, pikiran telah rusak sepenuhnya
Bukan karena suatu penyakit apapun
Tetapi karena hilang akal
Bukan gila...
Hanya setengah gila...
Karena parahnya candu merasuki
Ya, memikirkan kau bagai bius yang tak kunjung hilang
Mata sama seperti hati
Tak bisa terpejam
Meski sejenak ...
Ingin rasanya berteriak
Memecah kesunyian yang seperti sangkar
Mengurung sukma ini
Dalam pilu yang memberontak
Jiwa koyak seperti tanpa tuan
Ada tetes rindu megalir dari celahnya
Mencari sebuah cawan penenang
Yang tak tahu ada dimana
Hai...
Dengarlah seruan ini!!!
Bukalah sumbat telinga itu
Agar kau dapat menjamah sedikit kerapuhan
Tolonglah...
Papah diri yang tak mampu berdiri
Agar mampu melihat kenyataan
Bahwa dunia telah berbeda
Hai...
Kau tahu, pikiran telah rusak sepenuhnya
Bukan karena suatu penyakit apapun
Tetapi karena hilang akal
Bukan gila...
Hanya setengah gila...
Karena parahnya candu merasuki
Ya, memikirkan kau bagai bius yang tak kunjung hilang
Selasa, 04 Oktober 2011
El Amor Nunca Se Equivoca
Apakah yang akan terjadi,
Saat panas terik seketika hujan merajai?
Apakah yang akan terbersit,
Saat bunga tumbuh pada batang pohon yang layu?
Tanah kerontang menjadi basah
Seperti sepi yang mulai terkikis
Jiwa yang luluh terlihat berwarna
Terpancar kemerahan pada ruang kelabu
Tak ada cepat atau lambat
Semua akan terlihat sama pada penciptaan rasa
Hanya bagaimana kau memandang
Keindahan dikedua sisi yang berbeda
Teringat kala akal sehat itu hilang
Diri pun tak bisa bersahabat dengan logika
Satu ketetetapan akan arah yang tak menentu
Pernahkah kau merangkul kata hati?
Apabila malam pun berucap pasti
Bahwa dia tak bisa tanpa kegelapan
Begitupun siang yang berteriak lantang
Bahwa dia tak bisa tanpa cahaya
Lalu...
Apakah manusia dapat berdusta ?
Ketika nurani berbisik "telah tak bisa tanpa kau"
Apakah seolah dia gila ?
Ketika hidup terasa buta karena cinta
Saat panas terik seketika hujan merajai?
Apakah yang akan terbersit,
Saat bunga tumbuh pada batang pohon yang layu?
Tanah kerontang menjadi basah
Seperti sepi yang mulai terkikis
Jiwa yang luluh terlihat berwarna
Terpancar kemerahan pada ruang kelabu
Tak ada cepat atau lambat
Semua akan terlihat sama pada penciptaan rasa
Hanya bagaimana kau memandang
Keindahan dikedua sisi yang berbeda
Teringat kala akal sehat itu hilang
Diri pun tak bisa bersahabat dengan logika
Satu ketetetapan akan arah yang tak menentu
Pernahkah kau merangkul kata hati?
Apabila malam pun berucap pasti
Bahwa dia tak bisa tanpa kegelapan
Begitupun siang yang berteriak lantang
Bahwa dia tak bisa tanpa cahaya
Lalu...
Apakah manusia dapat berdusta ?
Ketika nurani berbisik "telah tak bisa tanpa kau"
Apakah seolah dia gila ?
Ketika hidup terasa buta karena cinta
Kamis, 22 September 2011
Rasa ini (Galau)
Masih terlalu dini kah?
Untuk sebuah pertanyaan "mengapa"
Masih terlalu hijau kah?
Untuk tunduk pada sebuah "rasa"
Tolonglah...
Tuk menahan sebentar saja gejolak itu
Tolonglah...
Jangan biarkan salahkan diri sendiri
Anugerah yang tidak seluruhnya dimengerti
Bukankah seharusnya dapat kau nikmati
Merdekakan dirimu sejenak
Tuk hadapi segala kekacauan hati
Nanti, bila tiba saatnya
Buram itu akan menjadi jelas sepenuhnya
Yakinlah...
Untuk sebuah pertanyaan "mengapa"
Masih terlalu hijau kah?
Untuk tunduk pada sebuah "rasa"
Tolonglah...
Tuk menahan sebentar saja gejolak itu
Tolonglah...
Jangan biarkan salahkan diri sendiri
Anugerah yang tidak seluruhnya dimengerti
Bukankah seharusnya dapat kau nikmati
Merdekakan dirimu sejenak
Tuk hadapi segala kekacauan hati
Nanti, bila tiba saatnya
Buram itu akan menjadi jelas sepenuhnya
Yakinlah...
Rasa Ini ..
Waktu membawamu terarah kepadaku
Suratan yang tak mampu dimengerti
Hanya bisa menatap ruang hati
Beriak seolah mengerti akan galau
Harapan ini begitu besar
Tetapi tak dapat kugapai utuh
Jika bukan karena aku
Maka, akan kubuka pintu ini
Lalu terhampar karpet merah dihadapmu
Sehingga dapat kau pilih
Tuk lewati atau sekedar berlalu
Aku sudah lelah menjaga yang datang
Dan tak sanggup menahan dia yang pergi
Mungkin memohon dalam batin saja
Agar setidaknya ada rasa tersisa
Meski enggan tuk tetap tinggal
Aku masih bisa hadir dalam mimpinya
Dalam wujud yang sesungguhnya
Suratan yang tak mampu dimengerti
Hanya bisa menatap ruang hati
Beriak seolah mengerti akan galau
Harapan ini begitu besar
Tetapi tak dapat kugapai utuh
Jika bukan karena aku
Maka, akan kubuka pintu ini
Lalu terhampar karpet merah dihadapmu
Sehingga dapat kau pilih
Tuk lewati atau sekedar berlalu
Aku sudah lelah menjaga yang datang
Dan tak sanggup menahan dia yang pergi
Mungkin memohon dalam batin saja
Agar setidaknya ada rasa tersisa
Meski enggan tuk tetap tinggal
Aku masih bisa hadir dalam mimpinya
Dalam wujud yang sesungguhnya
Kamis, 23 Juni 2011
Just A Cradle
Terpikir akan mendapat sedikit kekuatan
Nyatanya hanya buai sesaat
Seketika tampak sebuah pencerahan
Namun, kembali buyar bahkan lebih kelam
Harus menumpu pada kaki sendiri
Harus berbagi dalam sedih sendiri
Harus merengkuh oleh tangan sendiri
Harus tertawa meski merintih sendiri
Tak pantaskah mereka diam sementara disisi?
Hingga rasa larut dalam ketenangan
Kau tahu, diri ingin menjelma lagi
Seperti metamorfosis sang kupu-kupu
Agar mampu tebarkan benang bahagia
Agar mampu hapuskan nestapa
Agar mampu mengerang saat lara
Agar mampu mengecap benci
Nyatanya, sebelum seluruhnya sempurna
Penat tak mampu diterjang
Dimana penyemangat itu?
Dimana tujuan hidup itu?
Tak tahu...
Sungguh tidak tahu...
Nyatanya hanya buai sesaat
Seketika tampak sebuah pencerahan
Namun, kembali buyar bahkan lebih kelam
Harus menumpu pada kaki sendiri
Harus berbagi dalam sedih sendiri
Harus merengkuh oleh tangan sendiri
Harus tertawa meski merintih sendiri
Tak pantaskah mereka diam sementara disisi?
Hingga rasa larut dalam ketenangan
Kau tahu, diri ingin menjelma lagi
Seperti metamorfosis sang kupu-kupu
Agar mampu tebarkan benang bahagia
Agar mampu hapuskan nestapa
Agar mampu mengerang saat lara
Agar mampu mengecap benci
Nyatanya, sebelum seluruhnya sempurna
Penat tak mampu diterjang
Dimana penyemangat itu?
Dimana tujuan hidup itu?
Tak tahu...
Sungguh tidak tahu...
Selasa, 14 Juni 2011
Sang Kenangan
Jangan kau salahkan kenangan
Karena dia tak pernah tahu
Bilamana akan terangkai
Dan bagaimana akan tersimpan
Dia hanya tahu dua kata
Pahit...
Manis...
Jangan pernah berpikir akan mencampakan
Karena nyata dia takkan pergi
Atau sekedar menghilang
Hanya tahu untuk tinggal di hati setiap insan
Membuat mereka lebih menghargai hidup
Tanpa menyerah oleh sesal
Begitulah kerja sang kenangan
Bila diperlukan dia tak tampak
Bila tak dihiraukan dia terlihat
Seperti bersit sinar
Seketika memancar terang
Sesaat pula akan meredup
Itulah kenangan...
Karena dia tak pernah tahu
Bilamana akan terangkai
Dan bagaimana akan tersimpan
Dia hanya tahu dua kata
Pahit...
Manis...
Jangan pernah berpikir akan mencampakan
Karena nyata dia takkan pergi
Atau sekedar menghilang
Hanya tahu untuk tinggal di hati setiap insan
Membuat mereka lebih menghargai hidup
Tanpa menyerah oleh sesal
Begitulah kerja sang kenangan
Bila diperlukan dia tak tampak
Bila tak dihiraukan dia terlihat
Seperti bersit sinar
Seketika memancar terang
Sesaat pula akan meredup
Itulah kenangan...
My Fisrt Time
Di sudut mataku
Terlihat sosok samar
Seperti telah lama mengenal
Tak segan hati tersenyum sedikit tersipu
Dibalik warna abu-abu
Tersirat keramahan yang tak biasa
Aku memanggilmu lewat angin siang itu
Meski kau tak mendengar
Namun ternyata seruanku
Jauh mengenai hatimu
Takdir ini bukan mauku
Tetapi aku tahu inilah sebuah kesempatan
Lebih dari seratus hari bayangmu naungiku
Tiap angan tak lepas dari harap
Bahwa tatapan yang terlempar
Suatu saat akan hanya milikku
Detak jantungku berdegup
Kala mulut tak mampu berucap
Kini semuanya tak berguna
Terbuang tanpa sisa
Dirimu hanyalah topeng masa lalu
Yang terendap dalam lara
Telah lama mencoba hilangkan
Tetapi kenangan itu terlalu manis
Pertama aku mengenalmu
Pertama aku mengenal rasa
Pertama aku tak mengenal aku
Ya... pertama aku jatuh cinta
Terlihat sosok samar
Seperti telah lama mengenal
Tak segan hati tersenyum sedikit tersipu
Dibalik warna abu-abu
Tersirat keramahan yang tak biasa
Aku memanggilmu lewat angin siang itu
Meski kau tak mendengar
Namun ternyata seruanku
Jauh mengenai hatimu
Takdir ini bukan mauku
Tetapi aku tahu inilah sebuah kesempatan
Lebih dari seratus hari bayangmu naungiku
Tiap angan tak lepas dari harap
Bahwa tatapan yang terlempar
Suatu saat akan hanya milikku
Detak jantungku berdegup
Kala mulut tak mampu berucap
Kini semuanya tak berguna
Terbuang tanpa sisa
Dirimu hanyalah topeng masa lalu
Yang terendap dalam lara
Telah lama mencoba hilangkan
Tetapi kenangan itu terlalu manis
Pertama aku mengenalmu
Pertama aku mengenal rasa
Pertama aku tak mengenal aku
Ya... pertama aku jatuh cinta
Senin, 13 Juni 2011
"Dewasa"
Mengapa semua orang ingin dipahami?
Padahal mereka tak pernah memahami?
Mengapa semua orang ingin disukai?
Padahal mereka kerap menyakiti?
Semua orang pandai menilai hasil perbuatan
Tanpa mau tahu bagaimana seseorang memulai prosesnya
Mereka selalu menganggap semua orang sama
Tanpa bisa melihat perbedaan sekecil apapun
Begitukah manusia dewasa?
Yang tidak mampu mentolerir keterbatasan
Yang selalu gila atas penghargaan diri sendiri
Tanpa bisa memandang kelemahan yang lain
Jika, begitu ...
Aku tidak ingin mejadi dewasa ...
Aku hanya ingin hidup untuk kehidupanku
Aku hanya ingin membanggakan mereka yang tersayang
Atas pencapaianku tanpa label "dewasa"
Memang ini jalan yang dipilih ...
Sudah tak bisa lari dari kenyataan
Tetapi ketika satu kata tak lagi dapat dihargai
Pantaskan ada penyesalan??
Memang sesungguhnya penyesalan bukan akhir
Tetapi bolehkan sedikit saja tuk teteskan air mata
Hanya untuk membuang seluruh rasa lelah ini
Agar esok dapat berdiri kembali dengan tegar
Padahal mereka tak pernah memahami?
Mengapa semua orang ingin disukai?
Padahal mereka kerap menyakiti?
Semua orang pandai menilai hasil perbuatan
Tanpa mau tahu bagaimana seseorang memulai prosesnya
Mereka selalu menganggap semua orang sama
Tanpa bisa melihat perbedaan sekecil apapun
Begitukah manusia dewasa?
Yang tidak mampu mentolerir keterbatasan
Yang selalu gila atas penghargaan diri sendiri
Tanpa bisa memandang kelemahan yang lain
Jika, begitu ...
Aku tidak ingin mejadi dewasa ...
Aku hanya ingin hidup untuk kehidupanku
Aku hanya ingin membanggakan mereka yang tersayang
Atas pencapaianku tanpa label "dewasa"
Memang ini jalan yang dipilih ...
Sudah tak bisa lari dari kenyataan
Tetapi ketika satu kata tak lagi dapat dihargai
Pantaskan ada penyesalan??
Memang sesungguhnya penyesalan bukan akhir
Tetapi bolehkan sedikit saja tuk teteskan air mata
Hanya untuk membuang seluruh rasa lelah ini
Agar esok dapat berdiri kembali dengan tegar
Sabtu, 11 Juni 2011
Gerimis
Gerimis sore tadi
Membawa sedikit getir
Menguatkan raut wajah sendu
Bahwa muram tak lagi terganti
Tenggelam...
Hati dalam ruang sesal tanpa akhir
Terhanyut...
Jiwa dalam desir ombak tanpa henti
Meski hanya lewat dinding biru
Sekilas tampak luka itu masih ada
Maka, jangan paksa dirimu bertahan
Dan jangan berpura-pura dalam lara
Suarakan lebih keras emosimu
Bakar seluruh kegalauanmu
Masa lalu hanya sebuah kesalahan
Yang mungkin seharusnya tak kau rasa
Tak ada daya buatmu lebih kuat
Karena manusia tiada sempurna
Kala berharap waktu kan kembali
Itu pun nyata tak mungkin
Membawa sedikit getir
Menguatkan raut wajah sendu
Bahwa muram tak lagi terganti
Tenggelam...
Hati dalam ruang sesal tanpa akhir
Terhanyut...
Jiwa dalam desir ombak tanpa henti
Meski hanya lewat dinding biru
Sekilas tampak luka itu masih ada
Maka, jangan paksa dirimu bertahan
Dan jangan berpura-pura dalam lara
Suarakan lebih keras emosimu
Bakar seluruh kegalauanmu
Masa lalu hanya sebuah kesalahan
Yang mungkin seharusnya tak kau rasa
Tak ada daya buatmu lebih kuat
Karena manusia tiada sempurna
Kala berharap waktu kan kembali
Itu pun nyata tak mungkin
Senin, 30 Mei 2011
Untukmu Cantik
Sekuat hati tak terpejam
Agar tak cepat bertemu mentari
Malam yang panjang temani sepi
Seperti angin dingin bawa bermimpi
Ingin tak beranjak lagi
Biar nanti tak usah kembali singgah
Terus lurus berjalan
Tak usah tengok dia yang pergi
Kasihanilah dirimu cantik
Karena mereka yang tak mengerti
Disilah rumahmu
Disinilah duniamu
Maka peluklah dirimu
Dalam hangat hatimu
Setelah air mata terakhir
Senyum itu tak akan hilang lagi
Agar tak cepat bertemu mentari
Malam yang panjang temani sepi
Seperti angin dingin bawa bermimpi
Ingin tak beranjak lagi
Biar nanti tak usah kembali singgah
Terus lurus berjalan
Tak usah tengok dia yang pergi
Kasihanilah dirimu cantik
Karena mereka yang tak mengerti
Disilah rumahmu
Disinilah duniamu
Maka peluklah dirimu
Dalam hangat hatimu
Setelah air mata terakhir
Senyum itu tak akan hilang lagi
Minggu, 29 Mei 2011
The Secret
Ku angkat jemariku
Ikuti setiap geraknya dalam nada
Semakin lama, semakin cepat
Seperti alunan yang tanpa henti
Membaurkan rohku pada rentang dimensi yang lain
Aku lenyap tak terlihat
Jiwaku seakan berpindah seperti hantu
Namun, ragaku masih dapat ku rasakan
Hangat...masih pada ruang yang sama
Dan waktu yang sama
Aku melihat masa depan
Sinar yang tampak dari setiap celah jendela
Seperti nyata meski tak dapat tersentuh
Ketika itu pula,
Aku melihatmu ...
Aku datang bersama matahari
Lalu aku pergi bersama bulan
Begitu perjalanan waktuku dalam duniamu
Tak ada satupun yang kurasa tak nyata
Sepertinya, aku yakin ini pun duniaku
Tetapi aku salah ...
Walau sudah kucoba tak hiraukan
Tetap aku terlarut dalam ketidakpastian
Kini aku harus memilih
Atau ku akan mati dalam dua dunia
Akhirnya, kuhentikan musik itu ...
Agar tak bisa lagi menembus zamanmu
Karena aku tak akan pernah kembali
Dan akan kupendam cerita indah ini
Dalam Rahasia
Tetapi aku keliru ...
Sekuat apapun aku bertahan
Tak mampu juga hindarkanmu selamanya
Karena meski telah kuhapus kenangan itu
Nyatanya kaulah yang selalu menemukanku
Ikuti setiap geraknya dalam nada
Semakin lama, semakin cepat
Seperti alunan yang tanpa henti
Membaurkan rohku pada rentang dimensi yang lain
Aku lenyap tak terlihat
Jiwaku seakan berpindah seperti hantu
Namun, ragaku masih dapat ku rasakan
Hangat...masih pada ruang yang sama
Dan waktu yang sama
Aku melihat masa depan
Sinar yang tampak dari setiap celah jendela
Seperti nyata meski tak dapat tersentuh
Ketika itu pula,
Aku melihatmu ...
Aku datang bersama matahari
Lalu aku pergi bersama bulan
Begitu perjalanan waktuku dalam duniamu
Tak ada satupun yang kurasa tak nyata
Sepertinya, aku yakin ini pun duniaku
Tetapi aku salah ...
Walau sudah kucoba tak hiraukan
Tetap aku terlarut dalam ketidakpastian
Kini aku harus memilih
Atau ku akan mati dalam dua dunia
Akhirnya, kuhentikan musik itu ...
Agar tak bisa lagi menembus zamanmu
Karena aku tak akan pernah kembali
Dan akan kupendam cerita indah ini
Dalam Rahasia
Tetapi aku keliru ...
Sekuat apapun aku bertahan
Tak mampu juga hindarkanmu selamanya
Karena meski telah kuhapus kenangan itu
Nyatanya kaulah yang selalu menemukanku
Sang Wanita
Kau tahu wanita ini...
Dia tak akan pernah menyerah
Meskipun jalanan terjal membentang
Hingga hati koyak sekalipun
Namun, seketika dia bisa hancur
Bukan karena kata-kata sumbang
Ataupun bisikan yang terkadang menyiksa
Bahka lemparan caci maki dia tak hiraukan
Dia hancur karenamu ...
Cinta yang pernah kau berikan itu
Seperti senjata yang siap membunuh
Karena dia tak punya mantra untuk bertahan
Saat ini dia lelah menanti ...
Hanya "maaf" yang mungkin tersisa
Untuk luka yang pernah dia torehkan
Pada masa yang lalu
Kini dia terluka ...
Bukan karena asmara
Tetapi karena sakit yang pernah diberikan
Tak kunjung hilang dalam sesal
Dia tak akan pernah menyerah
Meskipun jalanan terjal membentang
Hingga hati koyak sekalipun
Namun, seketika dia bisa hancur
Bukan karena kata-kata sumbang
Ataupun bisikan yang terkadang menyiksa
Bahka lemparan caci maki dia tak hiraukan
Dia hancur karenamu ...
Cinta yang pernah kau berikan itu
Seperti senjata yang siap membunuh
Karena dia tak punya mantra untuk bertahan
Saat ini dia lelah menanti ...
Hanya "maaf" yang mungkin tersisa
Untuk luka yang pernah dia torehkan
Pada masa yang lalu
Kini dia terluka ...
Bukan karena asmara
Tetapi karena sakit yang pernah diberikan
Tak kunjung hilang dalam sesal
Bisikan Hati 2
Aku tak dapat memaksa waktu berputar kembali
Mengantarku pada penyesalan
Yang seharusnya tak pernah terjadi
Aku hilang arah
Seperti kapal terombang-ambing
Dalam pelayaran maut
Terkadang batu menghempas
Terkadang badai menerjang
Tetapi tetap bertahan agar tak karam
Pernahkah melihat dari sisiku?
Memang tak ada alasan untuk menjauh
Namun sungguh tak punya daya untuk diam
Aku hanya bisa berlari
Berharap kau akan berusaha mengejar
Meskipun nyatanya itupun tak mungkin
Mengantarku pada penyesalan
Yang seharusnya tak pernah terjadi
Aku hilang arah
Seperti kapal terombang-ambing
Dalam pelayaran maut
Terkadang batu menghempas
Terkadang badai menerjang
Tetapi tetap bertahan agar tak karam
Pernahkah melihat dari sisiku?
Memang tak ada alasan untuk menjauh
Namun sungguh tak punya daya untuk diam
Aku hanya bisa berlari
Berharap kau akan berusaha mengejar
Meskipun nyatanya itupun tak mungkin
Bisikan Hati
Aku mengakui segala kesalahan itu
Berawal dariku ...
Beberapa kali ku patahkan
Sayap yang mulai tumbuh
Hingga kau tak pernah siap
Untuk terbang ke angkasa
Bencikah?
Dendamkah?
Meskipun tak ada kata terucap
Aku masih mampu pahami
Bahwa ada sisa amarah yang tersimpan
Dalam lubuk hati
Percayakah...
Bahwa kini aku berbeda ?
Ingin lunturkan perih itu
Namun tak mengerti bagaimana dapat kusampaikan
Berawal dariku ...
Beberapa kali ku patahkan
Sayap yang mulai tumbuh
Hingga kau tak pernah siap
Untuk terbang ke angkasa
Bencikah?
Dendamkah?
Meskipun tak ada kata terucap
Aku masih mampu pahami
Bahwa ada sisa amarah yang tersimpan
Dalam lubuk hati
Percayakah...
Bahwa kini aku berbeda ?
Ingin lunturkan perih itu
Namun tak mengerti bagaimana dapat kusampaikan
Langganan:
Postingan (Atom)
Sabtu, 03 Desember 2011
Heart Note 2 (A Secret)
Akan kuungkapkan sebuah rahasia ...
Kala mata mulai tak bisa terpejam
Saat rasa biaskan semburat angan
Ada senyum dibalik keresahan
Juga tangis terurai bersama mimpi
Sadarkah?
Hati ini telah memilih ...
Meskipun semaian itu belum bertumbuh
Walapun arah belum jelas terpatri
Seperti dandelion yang terbang semampunya
Mengertikah?
Diri telah jatuh dalam kesan mendalam
Entah itu dekap hangat sang platonis
Ataupun hanya sekedar kecupan eros
Tetapi keyakinan takkan terhapuskan
Camkanlah ...
Pertahanan belumlah goyah seluruhnya
Bertubi hempasan telah tinggalkan luka
Namun belum cukup runtuhkan segala hasrat
Dan tak pernah ada kata menyerah
Kecuali, kala lemah menuntunmu berkesudahan
Kala mata mulai tak bisa terpejam
Saat rasa biaskan semburat angan
Ada senyum dibalik keresahan
Juga tangis terurai bersama mimpi
Sadarkah?
Hati ini telah memilih ...
Meskipun semaian itu belum bertumbuh
Walapun arah belum jelas terpatri
Seperti dandelion yang terbang semampunya
Mengertikah?
Diri telah jatuh dalam kesan mendalam
Entah itu dekap hangat sang platonis
Ataupun hanya sekedar kecupan eros
Tetapi keyakinan takkan terhapuskan
Camkanlah ...
Pertahanan belumlah goyah seluruhnya
Bertubi hempasan telah tinggalkan luka
Namun belum cukup runtuhkan segala hasrat
Dan tak pernah ada kata menyerah
Kecuali, kala lemah menuntunmu berkesudahan
Senin, 21 November 2011
Heart Note ...
Jejak langkah itu entah sengaja tertinggal
Atau mungkin hanya sebagian kenangan
Sesuatu yang masih ingin kau ingat
Aku tak tahu ...
Hanya mampu biaskan keingintahuan sesaat
Menjadi buih kegundahan yang tak beralasan
Sedikit iri akan masa lalu
Mebuahkan beribu andai dalam sukmaku
Wahai hati, mengapa harus dia?
Seseorang yang tertambat sauh rinduku
Ritme yang seolah mengalir pelan
Membisikkan derai asa yang tak kunjung hilang
Duhai kekasih masa depan ...
Bila nanti harapan itu menjadi nyata
Aku takkan menjanjikan apapun
Karena aku manusia biasa
Duhai kekasih masa depan ...
Cintaku pun hanya cinta biasa
Mungkin menjadi luar biasa
Bila kamu yang memilikinya
Duhai kekasih masa depan...
Kini, usaha menjadi teman semangatku
Untuk senantiasa berikan warna hidupmu
Dan senyum dalam setiap lembar kisahmu
Atau mungkin hanya sebagian kenangan
Sesuatu yang masih ingin kau ingat
Aku tak tahu ...
Hanya mampu biaskan keingintahuan sesaat
Menjadi buih kegundahan yang tak beralasan
Sedikit iri akan masa lalu
Mebuahkan beribu andai dalam sukmaku
Wahai hati, mengapa harus dia?
Seseorang yang tertambat sauh rinduku
Ritme yang seolah mengalir pelan
Membisikkan derai asa yang tak kunjung hilang
Duhai kekasih masa depan ...
Bila nanti harapan itu menjadi nyata
Aku takkan menjanjikan apapun
Karena aku manusia biasa
Duhai kekasih masa depan ...
Cintaku pun hanya cinta biasa
Mungkin menjadi luar biasa
Bila kamu yang memilikinya
Duhai kekasih masa depan...
Kini, usaha menjadi teman semangatku
Untuk senantiasa berikan warna hidupmu
Dan senyum dalam setiap lembar kisahmu
Jumat, 21 Oktober 2011
Simple Love
Tak perlu bulan untuk lukiskan
Segala terang pada kesunyian
Tak perlu tahun untuk larutkan
Seluruh jernih dalam keruh itu
Tak perlu beribu ucap untuk sampaikan
Sirat rasa dalam keindahan
Tak perlu berjuta kata untuk ungkapkan
Bersit mimpi akan bahagia
Hanya perlu merasakan sedikit sipu
Kala detak nadi melaju dengan cepat
Menikmati aliran rindu
Yang melewati setiap alurnya
Begitulah rona cinta
Memerah pada sebagian wajahya
Dia akan beranjak menghampiri
Ketika kau meyakininya
Lalu akan menetap selamanya
Ketika kau mempercayainya
Begitulah dimensi cinta
Luas, namun sederhana
Sekedar resapi dan pahami
Kau akan temukan apa yang kau cari
Tanpa harus terengah sendiri
Karena dia takkan pergi
Segala terang pada kesunyian
Tak perlu tahun untuk larutkan
Seluruh jernih dalam keruh itu
Tak perlu beribu ucap untuk sampaikan
Sirat rasa dalam keindahan
Tak perlu berjuta kata untuk ungkapkan
Bersit mimpi akan bahagia
Hanya perlu merasakan sedikit sipu
Kala detak nadi melaju dengan cepat
Menikmati aliran rindu
Yang melewati setiap alurnya
Begitulah rona cinta
Memerah pada sebagian wajahya
Dia akan beranjak menghampiri
Ketika kau meyakininya
Lalu akan menetap selamanya
Ketika kau mempercayainya
Begitulah dimensi cinta
Luas, namun sederhana
Sekedar resapi dan pahami
Kau akan temukan apa yang kau cari
Tanpa harus terengah sendiri
Karena dia takkan pergi
Selasa, 18 Oktober 2011
1/2 Gila
Menangis dalam terjaga di tengah malam
Mata sama seperti hati
Tak bisa terpejam
Meski sejenak ...
Ingin rasanya berteriak
Memecah kesunyian yang seperti sangkar
Mengurung sukma ini
Dalam pilu yang memberontak
Jiwa koyak seperti tanpa tuan
Ada tetes rindu megalir dari celahnya
Mencari sebuah cawan penenang
Yang tak tahu ada dimana
Hai...
Dengarlah seruan ini!!!
Bukalah sumbat telinga itu
Agar kau dapat menjamah sedikit kerapuhan
Tolonglah...
Papah diri yang tak mampu berdiri
Agar mampu melihat kenyataan
Bahwa dunia telah berbeda
Hai...
Kau tahu, pikiran telah rusak sepenuhnya
Bukan karena suatu penyakit apapun
Tetapi karena hilang akal
Bukan gila...
Hanya setengah gila...
Karena parahnya candu merasuki
Ya, memikirkan kau bagai bius yang tak kunjung hilang
Mata sama seperti hati
Tak bisa terpejam
Meski sejenak ...
Ingin rasanya berteriak
Memecah kesunyian yang seperti sangkar
Mengurung sukma ini
Dalam pilu yang memberontak
Jiwa koyak seperti tanpa tuan
Ada tetes rindu megalir dari celahnya
Mencari sebuah cawan penenang
Yang tak tahu ada dimana
Hai...
Dengarlah seruan ini!!!
Bukalah sumbat telinga itu
Agar kau dapat menjamah sedikit kerapuhan
Tolonglah...
Papah diri yang tak mampu berdiri
Agar mampu melihat kenyataan
Bahwa dunia telah berbeda
Hai...
Kau tahu, pikiran telah rusak sepenuhnya
Bukan karena suatu penyakit apapun
Tetapi karena hilang akal
Bukan gila...
Hanya setengah gila...
Karena parahnya candu merasuki
Ya, memikirkan kau bagai bius yang tak kunjung hilang
Selasa, 04 Oktober 2011
El Amor Nunca Se Equivoca
Apakah yang akan terjadi,
Saat panas terik seketika hujan merajai?
Apakah yang akan terbersit,
Saat bunga tumbuh pada batang pohon yang layu?
Tanah kerontang menjadi basah
Seperti sepi yang mulai terkikis
Jiwa yang luluh terlihat berwarna
Terpancar kemerahan pada ruang kelabu
Tak ada cepat atau lambat
Semua akan terlihat sama pada penciptaan rasa
Hanya bagaimana kau memandang
Keindahan dikedua sisi yang berbeda
Teringat kala akal sehat itu hilang
Diri pun tak bisa bersahabat dengan logika
Satu ketetetapan akan arah yang tak menentu
Pernahkah kau merangkul kata hati?
Apabila malam pun berucap pasti
Bahwa dia tak bisa tanpa kegelapan
Begitupun siang yang berteriak lantang
Bahwa dia tak bisa tanpa cahaya
Lalu...
Apakah manusia dapat berdusta ?
Ketika nurani berbisik "telah tak bisa tanpa kau"
Apakah seolah dia gila ?
Ketika hidup terasa buta karena cinta
Saat panas terik seketika hujan merajai?
Apakah yang akan terbersit,
Saat bunga tumbuh pada batang pohon yang layu?
Tanah kerontang menjadi basah
Seperti sepi yang mulai terkikis
Jiwa yang luluh terlihat berwarna
Terpancar kemerahan pada ruang kelabu
Tak ada cepat atau lambat
Semua akan terlihat sama pada penciptaan rasa
Hanya bagaimana kau memandang
Keindahan dikedua sisi yang berbeda
Teringat kala akal sehat itu hilang
Diri pun tak bisa bersahabat dengan logika
Satu ketetetapan akan arah yang tak menentu
Pernahkah kau merangkul kata hati?
Apabila malam pun berucap pasti
Bahwa dia tak bisa tanpa kegelapan
Begitupun siang yang berteriak lantang
Bahwa dia tak bisa tanpa cahaya
Lalu...
Apakah manusia dapat berdusta ?
Ketika nurani berbisik "telah tak bisa tanpa kau"
Apakah seolah dia gila ?
Ketika hidup terasa buta karena cinta
Kamis, 22 September 2011
Rasa ini (Galau)
Masih terlalu dini kah?
Untuk sebuah pertanyaan "mengapa"
Masih terlalu hijau kah?
Untuk tunduk pada sebuah "rasa"
Tolonglah...
Tuk menahan sebentar saja gejolak itu
Tolonglah...
Jangan biarkan salahkan diri sendiri
Anugerah yang tidak seluruhnya dimengerti
Bukankah seharusnya dapat kau nikmati
Merdekakan dirimu sejenak
Tuk hadapi segala kekacauan hati
Nanti, bila tiba saatnya
Buram itu akan menjadi jelas sepenuhnya
Yakinlah...
Untuk sebuah pertanyaan "mengapa"
Masih terlalu hijau kah?
Untuk tunduk pada sebuah "rasa"
Tolonglah...
Tuk menahan sebentar saja gejolak itu
Tolonglah...
Jangan biarkan salahkan diri sendiri
Anugerah yang tidak seluruhnya dimengerti
Bukankah seharusnya dapat kau nikmati
Merdekakan dirimu sejenak
Tuk hadapi segala kekacauan hati
Nanti, bila tiba saatnya
Buram itu akan menjadi jelas sepenuhnya
Yakinlah...
Rasa Ini ..
Waktu membawamu terarah kepadaku
Suratan yang tak mampu dimengerti
Hanya bisa menatap ruang hati
Beriak seolah mengerti akan galau
Harapan ini begitu besar
Tetapi tak dapat kugapai utuh
Jika bukan karena aku
Maka, akan kubuka pintu ini
Lalu terhampar karpet merah dihadapmu
Sehingga dapat kau pilih
Tuk lewati atau sekedar berlalu
Aku sudah lelah menjaga yang datang
Dan tak sanggup menahan dia yang pergi
Mungkin memohon dalam batin saja
Agar setidaknya ada rasa tersisa
Meski enggan tuk tetap tinggal
Aku masih bisa hadir dalam mimpinya
Dalam wujud yang sesungguhnya
Suratan yang tak mampu dimengerti
Hanya bisa menatap ruang hati
Beriak seolah mengerti akan galau
Harapan ini begitu besar
Tetapi tak dapat kugapai utuh
Jika bukan karena aku
Maka, akan kubuka pintu ini
Lalu terhampar karpet merah dihadapmu
Sehingga dapat kau pilih
Tuk lewati atau sekedar berlalu
Aku sudah lelah menjaga yang datang
Dan tak sanggup menahan dia yang pergi
Mungkin memohon dalam batin saja
Agar setidaknya ada rasa tersisa
Meski enggan tuk tetap tinggal
Aku masih bisa hadir dalam mimpinya
Dalam wujud yang sesungguhnya
Kamis, 23 Juni 2011
Just A Cradle
Terpikir akan mendapat sedikit kekuatan
Nyatanya hanya buai sesaat
Seketika tampak sebuah pencerahan
Namun, kembali buyar bahkan lebih kelam
Harus menumpu pada kaki sendiri
Harus berbagi dalam sedih sendiri
Harus merengkuh oleh tangan sendiri
Harus tertawa meski merintih sendiri
Tak pantaskah mereka diam sementara disisi?
Hingga rasa larut dalam ketenangan
Kau tahu, diri ingin menjelma lagi
Seperti metamorfosis sang kupu-kupu
Agar mampu tebarkan benang bahagia
Agar mampu hapuskan nestapa
Agar mampu mengerang saat lara
Agar mampu mengecap benci
Nyatanya, sebelum seluruhnya sempurna
Penat tak mampu diterjang
Dimana penyemangat itu?
Dimana tujuan hidup itu?
Tak tahu...
Sungguh tidak tahu...
Nyatanya hanya buai sesaat
Seketika tampak sebuah pencerahan
Namun, kembali buyar bahkan lebih kelam
Harus menumpu pada kaki sendiri
Harus berbagi dalam sedih sendiri
Harus merengkuh oleh tangan sendiri
Harus tertawa meski merintih sendiri
Tak pantaskah mereka diam sementara disisi?
Hingga rasa larut dalam ketenangan
Kau tahu, diri ingin menjelma lagi
Seperti metamorfosis sang kupu-kupu
Agar mampu tebarkan benang bahagia
Agar mampu hapuskan nestapa
Agar mampu mengerang saat lara
Agar mampu mengecap benci
Nyatanya, sebelum seluruhnya sempurna
Penat tak mampu diterjang
Dimana penyemangat itu?
Dimana tujuan hidup itu?
Tak tahu...
Sungguh tidak tahu...
Selasa, 14 Juni 2011
Sang Kenangan
Jangan kau salahkan kenangan
Karena dia tak pernah tahu
Bilamana akan terangkai
Dan bagaimana akan tersimpan
Dia hanya tahu dua kata
Pahit...
Manis...
Jangan pernah berpikir akan mencampakan
Karena nyata dia takkan pergi
Atau sekedar menghilang
Hanya tahu untuk tinggal di hati setiap insan
Membuat mereka lebih menghargai hidup
Tanpa menyerah oleh sesal
Begitulah kerja sang kenangan
Bila diperlukan dia tak tampak
Bila tak dihiraukan dia terlihat
Seperti bersit sinar
Seketika memancar terang
Sesaat pula akan meredup
Itulah kenangan...
Karena dia tak pernah tahu
Bilamana akan terangkai
Dan bagaimana akan tersimpan
Dia hanya tahu dua kata
Pahit...
Manis...
Jangan pernah berpikir akan mencampakan
Karena nyata dia takkan pergi
Atau sekedar menghilang
Hanya tahu untuk tinggal di hati setiap insan
Membuat mereka lebih menghargai hidup
Tanpa menyerah oleh sesal
Begitulah kerja sang kenangan
Bila diperlukan dia tak tampak
Bila tak dihiraukan dia terlihat
Seperti bersit sinar
Seketika memancar terang
Sesaat pula akan meredup
Itulah kenangan...
My Fisrt Time
Di sudut mataku
Terlihat sosok samar
Seperti telah lama mengenal
Tak segan hati tersenyum sedikit tersipu
Dibalik warna abu-abu
Tersirat keramahan yang tak biasa
Aku memanggilmu lewat angin siang itu
Meski kau tak mendengar
Namun ternyata seruanku
Jauh mengenai hatimu
Takdir ini bukan mauku
Tetapi aku tahu inilah sebuah kesempatan
Lebih dari seratus hari bayangmu naungiku
Tiap angan tak lepas dari harap
Bahwa tatapan yang terlempar
Suatu saat akan hanya milikku
Detak jantungku berdegup
Kala mulut tak mampu berucap
Kini semuanya tak berguna
Terbuang tanpa sisa
Dirimu hanyalah topeng masa lalu
Yang terendap dalam lara
Telah lama mencoba hilangkan
Tetapi kenangan itu terlalu manis
Pertama aku mengenalmu
Pertama aku mengenal rasa
Pertama aku tak mengenal aku
Ya... pertama aku jatuh cinta
Terlihat sosok samar
Seperti telah lama mengenal
Tak segan hati tersenyum sedikit tersipu
Dibalik warna abu-abu
Tersirat keramahan yang tak biasa
Aku memanggilmu lewat angin siang itu
Meski kau tak mendengar
Namun ternyata seruanku
Jauh mengenai hatimu
Takdir ini bukan mauku
Tetapi aku tahu inilah sebuah kesempatan
Lebih dari seratus hari bayangmu naungiku
Tiap angan tak lepas dari harap
Bahwa tatapan yang terlempar
Suatu saat akan hanya milikku
Detak jantungku berdegup
Kala mulut tak mampu berucap
Kini semuanya tak berguna
Terbuang tanpa sisa
Dirimu hanyalah topeng masa lalu
Yang terendap dalam lara
Telah lama mencoba hilangkan
Tetapi kenangan itu terlalu manis
Pertama aku mengenalmu
Pertama aku mengenal rasa
Pertama aku tak mengenal aku
Ya... pertama aku jatuh cinta
Senin, 13 Juni 2011
"Dewasa"
Mengapa semua orang ingin dipahami?
Padahal mereka tak pernah memahami?
Mengapa semua orang ingin disukai?
Padahal mereka kerap menyakiti?
Semua orang pandai menilai hasil perbuatan
Tanpa mau tahu bagaimana seseorang memulai prosesnya
Mereka selalu menganggap semua orang sama
Tanpa bisa melihat perbedaan sekecil apapun
Begitukah manusia dewasa?
Yang tidak mampu mentolerir keterbatasan
Yang selalu gila atas penghargaan diri sendiri
Tanpa bisa memandang kelemahan yang lain
Jika, begitu ...
Aku tidak ingin mejadi dewasa ...
Aku hanya ingin hidup untuk kehidupanku
Aku hanya ingin membanggakan mereka yang tersayang
Atas pencapaianku tanpa label "dewasa"
Memang ini jalan yang dipilih ...
Sudah tak bisa lari dari kenyataan
Tetapi ketika satu kata tak lagi dapat dihargai
Pantaskan ada penyesalan??
Memang sesungguhnya penyesalan bukan akhir
Tetapi bolehkan sedikit saja tuk teteskan air mata
Hanya untuk membuang seluruh rasa lelah ini
Agar esok dapat berdiri kembali dengan tegar
Padahal mereka tak pernah memahami?
Mengapa semua orang ingin disukai?
Padahal mereka kerap menyakiti?
Semua orang pandai menilai hasil perbuatan
Tanpa mau tahu bagaimana seseorang memulai prosesnya
Mereka selalu menganggap semua orang sama
Tanpa bisa melihat perbedaan sekecil apapun
Begitukah manusia dewasa?
Yang tidak mampu mentolerir keterbatasan
Yang selalu gila atas penghargaan diri sendiri
Tanpa bisa memandang kelemahan yang lain
Jika, begitu ...
Aku tidak ingin mejadi dewasa ...
Aku hanya ingin hidup untuk kehidupanku
Aku hanya ingin membanggakan mereka yang tersayang
Atas pencapaianku tanpa label "dewasa"
Memang ini jalan yang dipilih ...
Sudah tak bisa lari dari kenyataan
Tetapi ketika satu kata tak lagi dapat dihargai
Pantaskan ada penyesalan??
Memang sesungguhnya penyesalan bukan akhir
Tetapi bolehkan sedikit saja tuk teteskan air mata
Hanya untuk membuang seluruh rasa lelah ini
Agar esok dapat berdiri kembali dengan tegar
Sabtu, 11 Juni 2011
Gerimis
Gerimis sore tadi
Membawa sedikit getir
Menguatkan raut wajah sendu
Bahwa muram tak lagi terganti
Tenggelam...
Hati dalam ruang sesal tanpa akhir
Terhanyut...
Jiwa dalam desir ombak tanpa henti
Meski hanya lewat dinding biru
Sekilas tampak luka itu masih ada
Maka, jangan paksa dirimu bertahan
Dan jangan berpura-pura dalam lara
Suarakan lebih keras emosimu
Bakar seluruh kegalauanmu
Masa lalu hanya sebuah kesalahan
Yang mungkin seharusnya tak kau rasa
Tak ada daya buatmu lebih kuat
Karena manusia tiada sempurna
Kala berharap waktu kan kembali
Itu pun nyata tak mungkin
Membawa sedikit getir
Menguatkan raut wajah sendu
Bahwa muram tak lagi terganti
Tenggelam...
Hati dalam ruang sesal tanpa akhir
Terhanyut...
Jiwa dalam desir ombak tanpa henti
Meski hanya lewat dinding biru
Sekilas tampak luka itu masih ada
Maka, jangan paksa dirimu bertahan
Dan jangan berpura-pura dalam lara
Suarakan lebih keras emosimu
Bakar seluruh kegalauanmu
Masa lalu hanya sebuah kesalahan
Yang mungkin seharusnya tak kau rasa
Tak ada daya buatmu lebih kuat
Karena manusia tiada sempurna
Kala berharap waktu kan kembali
Itu pun nyata tak mungkin
Senin, 30 Mei 2011
Untukmu Cantik
Sekuat hati tak terpejam
Agar tak cepat bertemu mentari
Malam yang panjang temani sepi
Seperti angin dingin bawa bermimpi
Ingin tak beranjak lagi
Biar nanti tak usah kembali singgah
Terus lurus berjalan
Tak usah tengok dia yang pergi
Kasihanilah dirimu cantik
Karena mereka yang tak mengerti
Disilah rumahmu
Disinilah duniamu
Maka peluklah dirimu
Dalam hangat hatimu
Setelah air mata terakhir
Senyum itu tak akan hilang lagi
Agar tak cepat bertemu mentari
Malam yang panjang temani sepi
Seperti angin dingin bawa bermimpi
Ingin tak beranjak lagi
Biar nanti tak usah kembali singgah
Terus lurus berjalan
Tak usah tengok dia yang pergi
Kasihanilah dirimu cantik
Karena mereka yang tak mengerti
Disilah rumahmu
Disinilah duniamu
Maka peluklah dirimu
Dalam hangat hatimu
Setelah air mata terakhir
Senyum itu tak akan hilang lagi
Minggu, 29 Mei 2011
The Secret
Ku angkat jemariku
Ikuti setiap geraknya dalam nada
Semakin lama, semakin cepat
Seperti alunan yang tanpa henti
Membaurkan rohku pada rentang dimensi yang lain
Aku lenyap tak terlihat
Jiwaku seakan berpindah seperti hantu
Namun, ragaku masih dapat ku rasakan
Hangat...masih pada ruang yang sama
Dan waktu yang sama
Aku melihat masa depan
Sinar yang tampak dari setiap celah jendela
Seperti nyata meski tak dapat tersentuh
Ketika itu pula,
Aku melihatmu ...
Aku datang bersama matahari
Lalu aku pergi bersama bulan
Begitu perjalanan waktuku dalam duniamu
Tak ada satupun yang kurasa tak nyata
Sepertinya, aku yakin ini pun duniaku
Tetapi aku salah ...
Walau sudah kucoba tak hiraukan
Tetap aku terlarut dalam ketidakpastian
Kini aku harus memilih
Atau ku akan mati dalam dua dunia
Akhirnya, kuhentikan musik itu ...
Agar tak bisa lagi menembus zamanmu
Karena aku tak akan pernah kembali
Dan akan kupendam cerita indah ini
Dalam Rahasia
Tetapi aku keliru ...
Sekuat apapun aku bertahan
Tak mampu juga hindarkanmu selamanya
Karena meski telah kuhapus kenangan itu
Nyatanya kaulah yang selalu menemukanku
Ikuti setiap geraknya dalam nada
Semakin lama, semakin cepat
Seperti alunan yang tanpa henti
Membaurkan rohku pada rentang dimensi yang lain
Aku lenyap tak terlihat
Jiwaku seakan berpindah seperti hantu
Namun, ragaku masih dapat ku rasakan
Hangat...masih pada ruang yang sama
Dan waktu yang sama
Aku melihat masa depan
Sinar yang tampak dari setiap celah jendela
Seperti nyata meski tak dapat tersentuh
Ketika itu pula,
Aku melihatmu ...
Aku datang bersama matahari
Lalu aku pergi bersama bulan
Begitu perjalanan waktuku dalam duniamu
Tak ada satupun yang kurasa tak nyata
Sepertinya, aku yakin ini pun duniaku
Tetapi aku salah ...
Walau sudah kucoba tak hiraukan
Tetap aku terlarut dalam ketidakpastian
Kini aku harus memilih
Atau ku akan mati dalam dua dunia
Akhirnya, kuhentikan musik itu ...
Agar tak bisa lagi menembus zamanmu
Karena aku tak akan pernah kembali
Dan akan kupendam cerita indah ini
Dalam Rahasia
Tetapi aku keliru ...
Sekuat apapun aku bertahan
Tak mampu juga hindarkanmu selamanya
Karena meski telah kuhapus kenangan itu
Nyatanya kaulah yang selalu menemukanku
Sang Wanita
Kau tahu wanita ini...
Dia tak akan pernah menyerah
Meskipun jalanan terjal membentang
Hingga hati koyak sekalipun
Namun, seketika dia bisa hancur
Bukan karena kata-kata sumbang
Ataupun bisikan yang terkadang menyiksa
Bahka lemparan caci maki dia tak hiraukan
Dia hancur karenamu ...
Cinta yang pernah kau berikan itu
Seperti senjata yang siap membunuh
Karena dia tak punya mantra untuk bertahan
Saat ini dia lelah menanti ...
Hanya "maaf" yang mungkin tersisa
Untuk luka yang pernah dia torehkan
Pada masa yang lalu
Kini dia terluka ...
Bukan karena asmara
Tetapi karena sakit yang pernah diberikan
Tak kunjung hilang dalam sesal
Dia tak akan pernah menyerah
Meskipun jalanan terjal membentang
Hingga hati koyak sekalipun
Namun, seketika dia bisa hancur
Bukan karena kata-kata sumbang
Ataupun bisikan yang terkadang menyiksa
Bahka lemparan caci maki dia tak hiraukan
Dia hancur karenamu ...
Cinta yang pernah kau berikan itu
Seperti senjata yang siap membunuh
Karena dia tak punya mantra untuk bertahan
Saat ini dia lelah menanti ...
Hanya "maaf" yang mungkin tersisa
Untuk luka yang pernah dia torehkan
Pada masa yang lalu
Kini dia terluka ...
Bukan karena asmara
Tetapi karena sakit yang pernah diberikan
Tak kunjung hilang dalam sesal
Bisikan Hati 2
Aku tak dapat memaksa waktu berputar kembali
Mengantarku pada penyesalan
Yang seharusnya tak pernah terjadi
Aku hilang arah
Seperti kapal terombang-ambing
Dalam pelayaran maut
Terkadang batu menghempas
Terkadang badai menerjang
Tetapi tetap bertahan agar tak karam
Pernahkah melihat dari sisiku?
Memang tak ada alasan untuk menjauh
Namun sungguh tak punya daya untuk diam
Aku hanya bisa berlari
Berharap kau akan berusaha mengejar
Meskipun nyatanya itupun tak mungkin
Mengantarku pada penyesalan
Yang seharusnya tak pernah terjadi
Aku hilang arah
Seperti kapal terombang-ambing
Dalam pelayaran maut
Terkadang batu menghempas
Terkadang badai menerjang
Tetapi tetap bertahan agar tak karam
Pernahkah melihat dari sisiku?
Memang tak ada alasan untuk menjauh
Namun sungguh tak punya daya untuk diam
Aku hanya bisa berlari
Berharap kau akan berusaha mengejar
Meskipun nyatanya itupun tak mungkin
Bisikan Hati
Aku mengakui segala kesalahan itu
Berawal dariku ...
Beberapa kali ku patahkan
Sayap yang mulai tumbuh
Hingga kau tak pernah siap
Untuk terbang ke angkasa
Bencikah?
Dendamkah?
Meskipun tak ada kata terucap
Aku masih mampu pahami
Bahwa ada sisa amarah yang tersimpan
Dalam lubuk hati
Percayakah...
Bahwa kini aku berbeda ?
Ingin lunturkan perih itu
Namun tak mengerti bagaimana dapat kusampaikan
Berawal dariku ...
Beberapa kali ku patahkan
Sayap yang mulai tumbuh
Hingga kau tak pernah siap
Untuk terbang ke angkasa
Bencikah?
Dendamkah?
Meskipun tak ada kata terucap
Aku masih mampu pahami
Bahwa ada sisa amarah yang tersimpan
Dalam lubuk hati
Percayakah...
Bahwa kini aku berbeda ?
Ingin lunturkan perih itu
Namun tak mengerti bagaimana dapat kusampaikan
Langganan:
Postingan (Atom)