Bukan tanpa sesal
Bila kini setiap jejak yang tersandingkan
Seolah seperti bola batu
Keras…
Hitam…
Dengan rantai yang menjuntai kuat
Di sepanjang porosnya
Bukan tanpa amarah
Bila kini setiap kata yang terucap
Membuat pikir seakan bagai bom waktu
Yang siap meledak hebat
Menguncang seluruh sisi
Kehidupan
Saat tiada lagi kedamaian
Kau berlaku seperti layaknya
Penguasa jiwa
Tanpa berpikir akan orang-orang
Yang selalu berkorban dan bertahan
Untuk keagunganmu
Pernahkah juga kau berpikir
Tentang yang mereka rasakan?
Hanya satu yang harus kau ingat!
Tuhan tidak pernah tidur
Maka jagalah segala sikap dan kata
Karena hukuman akan sakitnya hati
Telah menanti di ujung masa
Menuggumu yang tidak pernah mengerti
Dan tidak pernah memahami
Dialah yang selalu manis tersembunyi dalam setiap lembar kehidupan...sisi lain antara siang dan malam yang selalu berpendar dalam senyum, tawa, dan air mata...
Selasa, 28 Juli 2009
Dikala Aku Rapuh
Ada setitik pilu
Saat hati tak ingin melalui jalan ini
Tetapi keterpaksaan sungguh menghantui
Di tiap-tiap menit yang pergi
Aku bukan wanita seperti kau pikir
Yang tidak akan menangis bila kau sentuh
Walau air mata tidak menampakkan wujudnya
Batin ini basah
Aku merasa kotor
Karena selalu menipu diri
Lari dari sebuah nyata
Yang kini telah menjadi sebuah beban
Ingin terus ku basuh raga ini
Dengan tanah suci
Agar hilang berkas bayang itu
Supaya tenang kembali dapat kupeluk
Bisakah?
Tolong aku kali ini, Tuhan…
Hentikan semua ini
Sebelum jiwaku mati
Terhempas oleh api dusta
Tertarik oleh hitamnya mimpi
Terseret oleh rasa bersalah
Dikala aku rapuh
Saat hati tak ingin melalui jalan ini
Tetapi keterpaksaan sungguh menghantui
Di tiap-tiap menit yang pergi
Aku bukan wanita seperti kau pikir
Yang tidak akan menangis bila kau sentuh
Walau air mata tidak menampakkan wujudnya
Batin ini basah
Aku merasa kotor
Karena selalu menipu diri
Lari dari sebuah nyata
Yang kini telah menjadi sebuah beban
Ingin terus ku basuh raga ini
Dengan tanah suci
Agar hilang berkas bayang itu
Supaya tenang kembali dapat kupeluk
Bisakah?
Tolong aku kali ini, Tuhan…
Hentikan semua ini
Sebelum jiwaku mati
Terhempas oleh api dusta
Tertarik oleh hitamnya mimpi
Terseret oleh rasa bersalah
Dikala aku rapuh
Senin, 13 Juli 2009
Bintang Hati
Meniti takdir yang tak menentu
Membuat hilang kesadaran
Seluruh angan seperti sirna
Hilang dalam debu-debu penantian
Ingin sekali saja berucap sesal
Tetapi setiap darah yang mengalir
Kuatkan nurani tuk bertahan
Meski terkadang goyah
Karena pondasi keyakinan semakin melemah
Batin tak pernah meneriakkan
Kata "berakhir"
Entah rasa apa ini!
Sungguh tak jelas awalnya
Pula tak tahu pangkal kisahnya
Antara hidup dan mati
Antara nyata dan maya
Antara suka dan duka
Pikir ini melayang
Semakin lama semakin tinggi
Hingga tak pernah tahu kapan akan terjatuh
Dan bilmana akan terpuruk
Hanya ada satu pelita
Yang dapat menuntun langkah ke arah kebenaran
Saat jiwa semakin rapuh
Saat hampa semakin merengkuh diri
Dalam kegelapan
Ya, itulah bintang hati
Sinarnya tak pernah akan redup
Walau beribu daya telah hilang
Dia akan terus bersinar
Tetap menjadi yang terindah
Itulah janji
Dikala hidup tak dapat terhenti
Membuat hilang kesadaran
Seluruh angan seperti sirna
Hilang dalam debu-debu penantian
Ingin sekali saja berucap sesal
Tetapi setiap darah yang mengalir
Kuatkan nurani tuk bertahan
Meski terkadang goyah
Karena pondasi keyakinan semakin melemah
Batin tak pernah meneriakkan
Kata "berakhir"
Entah rasa apa ini!
Sungguh tak jelas awalnya
Pula tak tahu pangkal kisahnya
Antara hidup dan mati
Antara nyata dan maya
Antara suka dan duka
Pikir ini melayang
Semakin lama semakin tinggi
Hingga tak pernah tahu kapan akan terjatuh
Dan bilmana akan terpuruk
Hanya ada satu pelita
Yang dapat menuntun langkah ke arah kebenaran
Saat jiwa semakin rapuh
Saat hampa semakin merengkuh diri
Dalam kegelapan
Ya, itulah bintang hati
Sinarnya tak pernah akan redup
Walau beribu daya telah hilang
Dia akan terus bersinar
Tetap menjadi yang terindah
Itulah janji
Dikala hidup tak dapat terhenti
Lepaskan "Aku"
Bodoh bila berpikir
Bahwa segenap rasa itu masih ada
Karena dunia ini terus berputar
Hingga tak pernah ada masanya
Yang sungguh serupa...
Dia yang pernah berdiri tegak
Disisi lelah ini
Dahulu selalu menggenggam erat jemari
Memberi senyum terbaik
Saat tangis tak dapat membendung duka
Kini,
Mungkin semua telah musnah
Hilang...pudar...lenyap
Tertelan arus kehidupan
Terkurung dimensi yang silih berganti
Hati itu...
Tak dapat lagi termiliki
Atau mungkin saja sejak lampau
Sukma dan jiwa yang lekat
Bukanlah tertuju pada diri ini
Seperti kehilangan arah
Pijakkan tak lagi kuat
Menahan kecewa yang tercurah
Hampa...
Kosong tak bernyawa
Bisakah sekali lagi saja
Melihat raga ini!!
Setidaknya melihat suatu kebenaran
Tentang sikap di masa lalu
Bahwa itu bukan "aku"
"Aku" adalah yang saat ini hanya bisa
Memandang mu dari kejauhan
Tersedu di atas tawamu
Pilu diantara ceriamu
Karena cinta ini tak dapat terganti
Maka, tolonglah....
Berikan satu waktu bagi khayal ini
Untuk ungkap segala hasrat
Bila nyata tak mungkin lagi kan kau dekap
Lepaskanlah...lepaskan aku
Bahwa segenap rasa itu masih ada
Karena dunia ini terus berputar
Hingga tak pernah ada masanya
Yang sungguh serupa...
Dia yang pernah berdiri tegak
Disisi lelah ini
Dahulu selalu menggenggam erat jemari
Memberi senyum terbaik
Saat tangis tak dapat membendung duka
Kini,
Mungkin semua telah musnah
Hilang...pudar...lenyap
Tertelan arus kehidupan
Terkurung dimensi yang silih berganti
Hati itu...
Tak dapat lagi termiliki
Atau mungkin saja sejak lampau
Sukma dan jiwa yang lekat
Bukanlah tertuju pada diri ini
Seperti kehilangan arah
Pijakkan tak lagi kuat
Menahan kecewa yang tercurah
Hampa...
Kosong tak bernyawa
Bisakah sekali lagi saja
Melihat raga ini!!
Setidaknya melihat suatu kebenaran
Tentang sikap di masa lalu
Bahwa itu bukan "aku"
"Aku" adalah yang saat ini hanya bisa
Memandang mu dari kejauhan
Tersedu di atas tawamu
Pilu diantara ceriamu
Karena cinta ini tak dapat terganti
Maka, tolonglah....
Berikan satu waktu bagi khayal ini
Untuk ungkap segala hasrat
Bila nyata tak mungkin lagi kan kau dekap
Lepaskanlah...lepaskan aku
Langganan:
Postingan (Atom)
Selasa, 28 Juli 2009
Penguasa Jiwa
Bukan tanpa sesal
Bila kini setiap jejak yang tersandingkan
Seolah seperti bola batu
Keras…
Hitam…
Dengan rantai yang menjuntai kuat
Di sepanjang porosnya
Bukan tanpa amarah
Bila kini setiap kata yang terucap
Membuat pikir seakan bagai bom waktu
Yang siap meledak hebat
Menguncang seluruh sisi
Kehidupan
Saat tiada lagi kedamaian
Kau berlaku seperti layaknya
Penguasa jiwa
Tanpa berpikir akan orang-orang
Yang selalu berkorban dan bertahan
Untuk keagunganmu
Pernahkah juga kau berpikir
Tentang yang mereka rasakan?
Hanya satu yang harus kau ingat!
Tuhan tidak pernah tidur
Maka jagalah segala sikap dan kata
Karena hukuman akan sakitnya hati
Telah menanti di ujung masa
Menuggumu yang tidak pernah mengerti
Dan tidak pernah memahami
Bila kini setiap jejak yang tersandingkan
Seolah seperti bola batu
Keras…
Hitam…
Dengan rantai yang menjuntai kuat
Di sepanjang porosnya
Bukan tanpa amarah
Bila kini setiap kata yang terucap
Membuat pikir seakan bagai bom waktu
Yang siap meledak hebat
Menguncang seluruh sisi
Kehidupan
Saat tiada lagi kedamaian
Kau berlaku seperti layaknya
Penguasa jiwa
Tanpa berpikir akan orang-orang
Yang selalu berkorban dan bertahan
Untuk keagunganmu
Pernahkah juga kau berpikir
Tentang yang mereka rasakan?
Hanya satu yang harus kau ingat!
Tuhan tidak pernah tidur
Maka jagalah segala sikap dan kata
Karena hukuman akan sakitnya hati
Telah menanti di ujung masa
Menuggumu yang tidak pernah mengerti
Dan tidak pernah memahami
Dikala Aku Rapuh
Ada setitik pilu
Saat hati tak ingin melalui jalan ini
Tetapi keterpaksaan sungguh menghantui
Di tiap-tiap menit yang pergi
Aku bukan wanita seperti kau pikir
Yang tidak akan menangis bila kau sentuh
Walau air mata tidak menampakkan wujudnya
Batin ini basah
Aku merasa kotor
Karena selalu menipu diri
Lari dari sebuah nyata
Yang kini telah menjadi sebuah beban
Ingin terus ku basuh raga ini
Dengan tanah suci
Agar hilang berkas bayang itu
Supaya tenang kembali dapat kupeluk
Bisakah?
Tolong aku kali ini, Tuhan…
Hentikan semua ini
Sebelum jiwaku mati
Terhempas oleh api dusta
Tertarik oleh hitamnya mimpi
Terseret oleh rasa bersalah
Dikala aku rapuh
Saat hati tak ingin melalui jalan ini
Tetapi keterpaksaan sungguh menghantui
Di tiap-tiap menit yang pergi
Aku bukan wanita seperti kau pikir
Yang tidak akan menangis bila kau sentuh
Walau air mata tidak menampakkan wujudnya
Batin ini basah
Aku merasa kotor
Karena selalu menipu diri
Lari dari sebuah nyata
Yang kini telah menjadi sebuah beban
Ingin terus ku basuh raga ini
Dengan tanah suci
Agar hilang berkas bayang itu
Supaya tenang kembali dapat kupeluk
Bisakah?
Tolong aku kali ini, Tuhan…
Hentikan semua ini
Sebelum jiwaku mati
Terhempas oleh api dusta
Tertarik oleh hitamnya mimpi
Terseret oleh rasa bersalah
Dikala aku rapuh
Senin, 13 Juli 2009
Bintang Hati
Meniti takdir yang tak menentu
Membuat hilang kesadaran
Seluruh angan seperti sirna
Hilang dalam debu-debu penantian
Ingin sekali saja berucap sesal
Tetapi setiap darah yang mengalir
Kuatkan nurani tuk bertahan
Meski terkadang goyah
Karena pondasi keyakinan semakin melemah
Batin tak pernah meneriakkan
Kata "berakhir"
Entah rasa apa ini!
Sungguh tak jelas awalnya
Pula tak tahu pangkal kisahnya
Antara hidup dan mati
Antara nyata dan maya
Antara suka dan duka
Pikir ini melayang
Semakin lama semakin tinggi
Hingga tak pernah tahu kapan akan terjatuh
Dan bilmana akan terpuruk
Hanya ada satu pelita
Yang dapat menuntun langkah ke arah kebenaran
Saat jiwa semakin rapuh
Saat hampa semakin merengkuh diri
Dalam kegelapan
Ya, itulah bintang hati
Sinarnya tak pernah akan redup
Walau beribu daya telah hilang
Dia akan terus bersinar
Tetap menjadi yang terindah
Itulah janji
Dikala hidup tak dapat terhenti
Membuat hilang kesadaran
Seluruh angan seperti sirna
Hilang dalam debu-debu penantian
Ingin sekali saja berucap sesal
Tetapi setiap darah yang mengalir
Kuatkan nurani tuk bertahan
Meski terkadang goyah
Karena pondasi keyakinan semakin melemah
Batin tak pernah meneriakkan
Kata "berakhir"
Entah rasa apa ini!
Sungguh tak jelas awalnya
Pula tak tahu pangkal kisahnya
Antara hidup dan mati
Antara nyata dan maya
Antara suka dan duka
Pikir ini melayang
Semakin lama semakin tinggi
Hingga tak pernah tahu kapan akan terjatuh
Dan bilmana akan terpuruk
Hanya ada satu pelita
Yang dapat menuntun langkah ke arah kebenaran
Saat jiwa semakin rapuh
Saat hampa semakin merengkuh diri
Dalam kegelapan
Ya, itulah bintang hati
Sinarnya tak pernah akan redup
Walau beribu daya telah hilang
Dia akan terus bersinar
Tetap menjadi yang terindah
Itulah janji
Dikala hidup tak dapat terhenti
Lepaskan "Aku"
Bodoh bila berpikir
Bahwa segenap rasa itu masih ada
Karena dunia ini terus berputar
Hingga tak pernah ada masanya
Yang sungguh serupa...
Dia yang pernah berdiri tegak
Disisi lelah ini
Dahulu selalu menggenggam erat jemari
Memberi senyum terbaik
Saat tangis tak dapat membendung duka
Kini,
Mungkin semua telah musnah
Hilang...pudar...lenyap
Tertelan arus kehidupan
Terkurung dimensi yang silih berganti
Hati itu...
Tak dapat lagi termiliki
Atau mungkin saja sejak lampau
Sukma dan jiwa yang lekat
Bukanlah tertuju pada diri ini
Seperti kehilangan arah
Pijakkan tak lagi kuat
Menahan kecewa yang tercurah
Hampa...
Kosong tak bernyawa
Bisakah sekali lagi saja
Melihat raga ini!!
Setidaknya melihat suatu kebenaran
Tentang sikap di masa lalu
Bahwa itu bukan "aku"
"Aku" adalah yang saat ini hanya bisa
Memandang mu dari kejauhan
Tersedu di atas tawamu
Pilu diantara ceriamu
Karena cinta ini tak dapat terganti
Maka, tolonglah....
Berikan satu waktu bagi khayal ini
Untuk ungkap segala hasrat
Bila nyata tak mungkin lagi kan kau dekap
Lepaskanlah...lepaskan aku
Bahwa segenap rasa itu masih ada
Karena dunia ini terus berputar
Hingga tak pernah ada masanya
Yang sungguh serupa...
Dia yang pernah berdiri tegak
Disisi lelah ini
Dahulu selalu menggenggam erat jemari
Memberi senyum terbaik
Saat tangis tak dapat membendung duka
Kini,
Mungkin semua telah musnah
Hilang...pudar...lenyap
Tertelan arus kehidupan
Terkurung dimensi yang silih berganti
Hati itu...
Tak dapat lagi termiliki
Atau mungkin saja sejak lampau
Sukma dan jiwa yang lekat
Bukanlah tertuju pada diri ini
Seperti kehilangan arah
Pijakkan tak lagi kuat
Menahan kecewa yang tercurah
Hampa...
Kosong tak bernyawa
Bisakah sekali lagi saja
Melihat raga ini!!
Setidaknya melihat suatu kebenaran
Tentang sikap di masa lalu
Bahwa itu bukan "aku"
"Aku" adalah yang saat ini hanya bisa
Memandang mu dari kejauhan
Tersedu di atas tawamu
Pilu diantara ceriamu
Karena cinta ini tak dapat terganti
Maka, tolonglah....
Berikan satu waktu bagi khayal ini
Untuk ungkap segala hasrat
Bila nyata tak mungkin lagi kan kau dekap
Lepaskanlah...lepaskan aku
Langganan:
Postingan (Atom)