Pernahkah kau bayangkan
Betapa angkuh ini menyiksaku
Apakah kau tahu
Berapa bulir rintihan yang mengalir
Dalam setiap peraduanku
Terkadang tak bisa bertahan
Namun aku hanya diam
Hanya dapat memandang
Melihat wajah itu tersenyum
Seolah tiada beban yang tersampaikan
Saat ingin pergi
Lalu kau akan pergi
Saat ingin kembali
Kau pun akan segera kembali
Begitu seterusnya...
Aku bagai rumah kedua
Tetapi tak pernah begitu penting
Hanya tempat untuk beristirahat
Melepaskan penat
Sejenak...
Pernahkah berpikir akan hati
Sedikit saja bertanya apa yang kurasa
Karena manusia tiada yang sempurna
Saat ini mungkin aku bisa tegar
Namun tidak untuk selamanya
Dialah yang selalu manis tersembunyi dalam setiap lembar kehidupan...sisi lain antara siang dan malam yang selalu berpendar dalam senyum, tawa, dan air mata...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 08 Mei 2009
Rumah Kedua
Pernahkah kau bayangkan
Betapa angkuh ini menyiksaku
Apakah kau tahu
Berapa bulir rintihan yang mengalir
Dalam setiap peraduanku
Terkadang tak bisa bertahan
Namun aku hanya diam
Hanya dapat memandang
Melihat wajah itu tersenyum
Seolah tiada beban yang tersampaikan
Saat ingin pergi
Lalu kau akan pergi
Saat ingin kembali
Kau pun akan segera kembali
Begitu seterusnya...
Aku bagai rumah kedua
Tetapi tak pernah begitu penting
Hanya tempat untuk beristirahat
Melepaskan penat
Sejenak...
Pernahkah berpikir akan hati
Sedikit saja bertanya apa yang kurasa
Karena manusia tiada yang sempurna
Saat ini mungkin aku bisa tegar
Namun tidak untuk selamanya
Betapa angkuh ini menyiksaku
Apakah kau tahu
Berapa bulir rintihan yang mengalir
Dalam setiap peraduanku
Terkadang tak bisa bertahan
Namun aku hanya diam
Hanya dapat memandang
Melihat wajah itu tersenyum
Seolah tiada beban yang tersampaikan
Saat ingin pergi
Lalu kau akan pergi
Saat ingin kembali
Kau pun akan segera kembali
Begitu seterusnya...
Aku bagai rumah kedua
Tetapi tak pernah begitu penting
Hanya tempat untuk beristirahat
Melepaskan penat
Sejenak...
Pernahkah berpikir akan hati
Sedikit saja bertanya apa yang kurasa
Karena manusia tiada yang sempurna
Saat ini mungkin aku bisa tegar
Namun tidak untuk selamanya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar