Telah terbiasa sukma ini
Terseret deras arus kehidupan
Yang mungkin tak sepenuhnya dapat dipahami
Rasa keluh kian menghilang
Menguap bersama butir air
Lalu mengendap menghitam bersama galau
Mencengkeram segala emosi hingga berpendar
Pada rintik hujan sepanjang hari
Batin seakan remuk tanpa bentuk
Tercecer di setiap sudut asa
Berusaha menghalau angan yang terbuang sia-sia
Kerelaan ini tulus tersandingkan
Hingga rapuh mampu membias dalam ceria
Tetapi kosong pun tak punya daya
Tuk lewati beribu terjal
Dan akhir nafas perjuangan
Maka, pabila hati telah menerima
Pinjamkan sedikit kekuatan
Agar setidaknya mampu tersenyum meski terluka
Dialah yang selalu manis tersembunyi dalam setiap lembar kehidupan...sisi lain antara siang dan malam yang selalu berpendar dalam senyum, tawa, dan air mata...
Rabu, 29 September 2010
Senin, 27 September 2010
"Beda"
Hilang dan pergi...
Silih berganti mengantar sendu
Pada desahan angin lalu
Awan yang dahulu putih menyala
Kini terlihat semakin berwarna
Terkadang tampak noda
Menghias bias megahnya
Semua itu pertanda...
Bahwa langkah ini tak lagi sama
Jua masa yang kian menua
Setiap tetes pilu berpeluk rindu
Pabila teringat kala tawa merekah
Saat langkah selalu seirama
Mengenangkan segalanya dalam cerita
Hati pun bersuara pada sunyi
Berharap siang kan mengerti
Bermimpi malam kan pahami
And now..
There is only "different"
The change that can give a pain
It always gives you strength
In order not to see me
Even though you know
I was there when you see
Silih berganti mengantar sendu
Pada desahan angin lalu
Awan yang dahulu putih menyala
Kini terlihat semakin berwarna
Terkadang tampak noda
Menghias bias megahnya
Semua itu pertanda...
Bahwa langkah ini tak lagi sama
Jua masa yang kian menua
Setiap tetes pilu berpeluk rindu
Pabila teringat kala tawa merekah
Saat langkah selalu seirama
Mengenangkan segalanya dalam cerita
Hati pun bersuara pada sunyi
Berharap siang kan mengerti
Bermimpi malam kan pahami
And now..
There is only "different"
The change that can give a pain
It always gives you strength
In order not to see me
Even though you know
I was there when you see
Jumat, 17 September 2010
Bunga Impian
Malam yang lalu bukanlah akhir
Ketika terlihat embun mulai membasahi
Seluruh sudut hamparan nan menghijau
Bagaikan peluh sang rembulan
Aku masih melihatnya...
Bertahan dengan nafas terengah
Seolah memberikan tanda
Bahwa segalanya sungguh tak mudah
Terdengar desah hati lirih berseru
Mengucapkan segala keagungan pada pencipta
Karena sampai detik ini
Dia mampu memandang dunia
Bahkan, keajaiban pun tak lekas hilang
Kala helai mahkota yang lemah
Dapat merekah tak goyah
Meninggalkan senyum pada seluruh insan
Bertahanlah selamanya...
Wahai bunga impianku
Teruslah bersemi mengiringi langkah ini
Hingga waktu telah usai
Ketika terlihat embun mulai membasahi
Seluruh sudut hamparan nan menghijau
Bagaikan peluh sang rembulan
Aku masih melihatnya...
Bertahan dengan nafas terengah
Seolah memberikan tanda
Bahwa segalanya sungguh tak mudah
Terdengar desah hati lirih berseru
Mengucapkan segala keagungan pada pencipta
Karena sampai detik ini
Dia mampu memandang dunia
Bahkan, keajaiban pun tak lekas hilang
Kala helai mahkota yang lemah
Dapat merekah tak goyah
Meninggalkan senyum pada seluruh insan
Bertahanlah selamanya...
Wahai bunga impianku
Teruslah bersemi mengiringi langkah ini
Hingga waktu telah usai
Kamis, 16 September 2010
Malam Terakhir
Satu lagi...
Mahkota jatuh di atas bumi
Kala hujan mengiringi takdirnya
Hingga gugur perlahan
Dia belumlah layu
Sebagian kelopak masih menutup rapat
Ranting pun halus tak ada gurat
Serta duri pun masih lunak
Meski semerbaknya telah hangat membius
Seisi dunia masih terlelap
Dalam malam tanpa bintang
Dalam kelam tak bercahaya
Masihkah waktu kan memberi
Sebuah kesempatan untuk merekah
Atau dia akan musnah
Sebelum mentari menampakkan diri
Yang ku tahu...
Inilah saat terakhir baginya
Entah harus terus melangkah
Entah harus berhenti dan menyerah
Yang ku tahu...
Inilah saat terpenting dalam hidupnya
Akankah dia tersenyum dalam derita
Akankah dia mati sia-sia
Mahkota jatuh di atas bumi
Kala hujan mengiringi takdirnya
Hingga gugur perlahan
Dia belumlah layu
Sebagian kelopak masih menutup rapat
Ranting pun halus tak ada gurat
Serta duri pun masih lunak
Meski semerbaknya telah hangat membius
Seisi dunia masih terlelap
Dalam malam tanpa bintang
Dalam kelam tak bercahaya
Masihkah waktu kan memberi
Sebuah kesempatan untuk merekah
Atau dia akan musnah
Sebelum mentari menampakkan diri
Yang ku tahu...
Inilah saat terakhir baginya
Entah harus terus melangkah
Entah harus berhenti dan menyerah
Yang ku tahu...
Inilah saat terpenting dalam hidupnya
Akankah dia tersenyum dalam derita
Akankah dia mati sia-sia
Selasa, 14 September 2010
Senja...
Temaram berkilauan menghias langit
Punai berterbangan hilir mudik
Mencari tempat peraduan dalam malam
Yang semakin kuat menjelang
Sinar emas itu terlihat mempesona
Dengan semburat ungu megah pada sayapnya
Hingga tanpa sadar sang pencerah
Telah lenyap berganti sunyi
Kala itu...
Tersimpan pertanyaan dan jawaban
Keduanya hadir beriringan
Membasahi kelu di hati
Ketika itu...
Tersembunyi harapan dalam jiwa-jiwa
Untuk berpindah pada kehidupan lain
Bersama doa dan air mata
Temaram berkilauan menyelimuti bumi
Nyiur merunduk silih berganti
Mencari hangat dekapan alam
Menuntun dalam lelap yang panjang
Sinar emas itu menunjukkan keanggunan
Dengan semburat jingga yang takkan padam
Meski hujan akan turun esok hari
Ia akan bertahan hingga masa terhenti
Punai berterbangan hilir mudik
Mencari tempat peraduan dalam malam
Yang semakin kuat menjelang
Sinar emas itu terlihat mempesona
Dengan semburat ungu megah pada sayapnya
Hingga tanpa sadar sang pencerah
Telah lenyap berganti sunyi
Kala itu...
Tersimpan pertanyaan dan jawaban
Keduanya hadir beriringan
Membasahi kelu di hati
Ketika itu...
Tersembunyi harapan dalam jiwa-jiwa
Untuk berpindah pada kehidupan lain
Bersama doa dan air mata
Temaram berkilauan menyelimuti bumi
Nyiur merunduk silih berganti
Mencari hangat dekapan alam
Menuntun dalam lelap yang panjang
Sinar emas itu menunjukkan keanggunan
Dengan semburat jingga yang takkan padam
Meski hujan akan turun esok hari
Ia akan bertahan hingga masa terhenti
Langganan:
Postingan (Atom)
Rabu, 29 September 2010
The Rhythm of Pain
Telah terbiasa sukma ini
Terseret deras arus kehidupan
Yang mungkin tak sepenuhnya dapat dipahami
Rasa keluh kian menghilang
Menguap bersama butir air
Lalu mengendap menghitam bersama galau
Mencengkeram segala emosi hingga berpendar
Pada rintik hujan sepanjang hari
Batin seakan remuk tanpa bentuk
Tercecer di setiap sudut asa
Berusaha menghalau angan yang terbuang sia-sia
Kerelaan ini tulus tersandingkan
Hingga rapuh mampu membias dalam ceria
Tetapi kosong pun tak punya daya
Tuk lewati beribu terjal
Dan akhir nafas perjuangan
Maka, pabila hati telah menerima
Pinjamkan sedikit kekuatan
Agar setidaknya mampu tersenyum meski terluka
Terseret deras arus kehidupan
Yang mungkin tak sepenuhnya dapat dipahami
Rasa keluh kian menghilang
Menguap bersama butir air
Lalu mengendap menghitam bersama galau
Mencengkeram segala emosi hingga berpendar
Pada rintik hujan sepanjang hari
Batin seakan remuk tanpa bentuk
Tercecer di setiap sudut asa
Berusaha menghalau angan yang terbuang sia-sia
Kerelaan ini tulus tersandingkan
Hingga rapuh mampu membias dalam ceria
Tetapi kosong pun tak punya daya
Tuk lewati beribu terjal
Dan akhir nafas perjuangan
Maka, pabila hati telah menerima
Pinjamkan sedikit kekuatan
Agar setidaknya mampu tersenyum meski terluka
Senin, 27 September 2010
"Beda"
Hilang dan pergi...
Silih berganti mengantar sendu
Pada desahan angin lalu
Awan yang dahulu putih menyala
Kini terlihat semakin berwarna
Terkadang tampak noda
Menghias bias megahnya
Semua itu pertanda...
Bahwa langkah ini tak lagi sama
Jua masa yang kian menua
Setiap tetes pilu berpeluk rindu
Pabila teringat kala tawa merekah
Saat langkah selalu seirama
Mengenangkan segalanya dalam cerita
Hati pun bersuara pada sunyi
Berharap siang kan mengerti
Bermimpi malam kan pahami
And now..
There is only "different"
The change that can give a pain
It always gives you strength
In order not to see me
Even though you know
I was there when you see
Silih berganti mengantar sendu
Pada desahan angin lalu
Awan yang dahulu putih menyala
Kini terlihat semakin berwarna
Terkadang tampak noda
Menghias bias megahnya
Semua itu pertanda...
Bahwa langkah ini tak lagi sama
Jua masa yang kian menua
Setiap tetes pilu berpeluk rindu
Pabila teringat kala tawa merekah
Saat langkah selalu seirama
Mengenangkan segalanya dalam cerita
Hati pun bersuara pada sunyi
Berharap siang kan mengerti
Bermimpi malam kan pahami
And now..
There is only "different"
The change that can give a pain
It always gives you strength
In order not to see me
Even though you know
I was there when you see
Jumat, 17 September 2010
Bunga Impian
Malam yang lalu bukanlah akhir
Ketika terlihat embun mulai membasahi
Seluruh sudut hamparan nan menghijau
Bagaikan peluh sang rembulan
Aku masih melihatnya...
Bertahan dengan nafas terengah
Seolah memberikan tanda
Bahwa segalanya sungguh tak mudah
Terdengar desah hati lirih berseru
Mengucapkan segala keagungan pada pencipta
Karena sampai detik ini
Dia mampu memandang dunia
Bahkan, keajaiban pun tak lekas hilang
Kala helai mahkota yang lemah
Dapat merekah tak goyah
Meninggalkan senyum pada seluruh insan
Bertahanlah selamanya...
Wahai bunga impianku
Teruslah bersemi mengiringi langkah ini
Hingga waktu telah usai
Ketika terlihat embun mulai membasahi
Seluruh sudut hamparan nan menghijau
Bagaikan peluh sang rembulan
Aku masih melihatnya...
Bertahan dengan nafas terengah
Seolah memberikan tanda
Bahwa segalanya sungguh tak mudah
Terdengar desah hati lirih berseru
Mengucapkan segala keagungan pada pencipta
Karena sampai detik ini
Dia mampu memandang dunia
Bahkan, keajaiban pun tak lekas hilang
Kala helai mahkota yang lemah
Dapat merekah tak goyah
Meninggalkan senyum pada seluruh insan
Bertahanlah selamanya...
Wahai bunga impianku
Teruslah bersemi mengiringi langkah ini
Hingga waktu telah usai
Kamis, 16 September 2010
Malam Terakhir
Satu lagi...
Mahkota jatuh di atas bumi
Kala hujan mengiringi takdirnya
Hingga gugur perlahan
Dia belumlah layu
Sebagian kelopak masih menutup rapat
Ranting pun halus tak ada gurat
Serta duri pun masih lunak
Meski semerbaknya telah hangat membius
Seisi dunia masih terlelap
Dalam malam tanpa bintang
Dalam kelam tak bercahaya
Masihkah waktu kan memberi
Sebuah kesempatan untuk merekah
Atau dia akan musnah
Sebelum mentari menampakkan diri
Yang ku tahu...
Inilah saat terakhir baginya
Entah harus terus melangkah
Entah harus berhenti dan menyerah
Yang ku tahu...
Inilah saat terpenting dalam hidupnya
Akankah dia tersenyum dalam derita
Akankah dia mati sia-sia
Mahkota jatuh di atas bumi
Kala hujan mengiringi takdirnya
Hingga gugur perlahan
Dia belumlah layu
Sebagian kelopak masih menutup rapat
Ranting pun halus tak ada gurat
Serta duri pun masih lunak
Meski semerbaknya telah hangat membius
Seisi dunia masih terlelap
Dalam malam tanpa bintang
Dalam kelam tak bercahaya
Masihkah waktu kan memberi
Sebuah kesempatan untuk merekah
Atau dia akan musnah
Sebelum mentari menampakkan diri
Yang ku tahu...
Inilah saat terakhir baginya
Entah harus terus melangkah
Entah harus berhenti dan menyerah
Yang ku tahu...
Inilah saat terpenting dalam hidupnya
Akankah dia tersenyum dalam derita
Akankah dia mati sia-sia
Selasa, 14 September 2010
Senja...
Temaram berkilauan menghias langit
Punai berterbangan hilir mudik
Mencari tempat peraduan dalam malam
Yang semakin kuat menjelang
Sinar emas itu terlihat mempesona
Dengan semburat ungu megah pada sayapnya
Hingga tanpa sadar sang pencerah
Telah lenyap berganti sunyi
Kala itu...
Tersimpan pertanyaan dan jawaban
Keduanya hadir beriringan
Membasahi kelu di hati
Ketika itu...
Tersembunyi harapan dalam jiwa-jiwa
Untuk berpindah pada kehidupan lain
Bersama doa dan air mata
Temaram berkilauan menyelimuti bumi
Nyiur merunduk silih berganti
Mencari hangat dekapan alam
Menuntun dalam lelap yang panjang
Sinar emas itu menunjukkan keanggunan
Dengan semburat jingga yang takkan padam
Meski hujan akan turun esok hari
Ia akan bertahan hingga masa terhenti
Punai berterbangan hilir mudik
Mencari tempat peraduan dalam malam
Yang semakin kuat menjelang
Sinar emas itu terlihat mempesona
Dengan semburat ungu megah pada sayapnya
Hingga tanpa sadar sang pencerah
Telah lenyap berganti sunyi
Kala itu...
Tersimpan pertanyaan dan jawaban
Keduanya hadir beriringan
Membasahi kelu di hati
Ketika itu...
Tersembunyi harapan dalam jiwa-jiwa
Untuk berpindah pada kehidupan lain
Bersama doa dan air mata
Temaram berkilauan menyelimuti bumi
Nyiur merunduk silih berganti
Mencari hangat dekapan alam
Menuntun dalam lelap yang panjang
Sinar emas itu menunjukkan keanggunan
Dengan semburat jingga yang takkan padam
Meski hujan akan turun esok hari
Ia akan bertahan hingga masa terhenti
Langganan:
Postingan (Atom)