Pada satu jendela yang dingin
Diri duduk terdiam menatap langit
Kuperhatikan bintang berkedipan
Ku rasakan angin menyentuh lembut
Biaskan sejuta angan pada sunyi
Hingga tanpa terasa mata pun menutup
Tuk rasakan suasana syahdu
Kemudian, ku sandarkan tubuh ini
Ku hirup udara dingin perlahan
Hingga seketika tersadar
Ada satu kenyamanan singgah di hati
Membuat irama jantung berdetak teratur
Menenangkan aliran darahku
Yang sebelumnya sempat bergejolak
Inilah...
Satu malam terindah
Yang sempat kurasakan menghilang
Terenggut oleh lelah
Tertutupi keluh kesah
Hingga setiap detik kurasa sesak
Tak mampu lagi bergerak
Kini...
Ingin lebih lama nikmati
Putaran waktu yang berlalu
Dibawah langit hitam
Ditemani desah nafas orang yang tertidur
Karena hanya dikala ini
Aku bisa menjadi diriku sendiri
Dialah yang selalu manis tersembunyi dalam setiap lembar kehidupan...sisi lain antara siang dan malam yang selalu berpendar dalam senyum, tawa, dan air mata...
Selasa, 25 Mei 2010
Dua Pilihan Terakhir
Bintang di utara
Tak goyahkan pijakkan itu
Meski beribu malam sunyi silih berganti
Tetap saja dia telusuri jalan itu
Tanpa henti...
Terkadang kaki tertusuk kerikil tajam
Sering pula terhempas dalam semak berduri
Tetapi rasa telah meyakini
Bahwa ada terang kan membuka
Kunci belenggu hati yang suram
Ketika hari semakin larut
Hanya terpikir untuk berlari
Secepat hembusan angin bertiup
Namun apa daya?
Ketika beban terasa semakin berat saja
Perempuan itu semakin rapuh
Di tengah hujan dan badai
Hingga fantasi seolah nyata
Dan tak ada lagi insan lain
Yang mampu menopang tubuhnya
Bilamana semua akan berakhir untuknya?
Sampai kapan bintang mampu menuntunnya?
Segenap bulir-bulir semangat yang tersisa
Hanya memberikan dua pilihan terakhir
Berusaha bertahan atau mati sia-sia
Tak goyahkan pijakkan itu
Meski beribu malam sunyi silih berganti
Tetap saja dia telusuri jalan itu
Tanpa henti...
Terkadang kaki tertusuk kerikil tajam
Sering pula terhempas dalam semak berduri
Tetapi rasa telah meyakini
Bahwa ada terang kan membuka
Kunci belenggu hati yang suram
Ketika hari semakin larut
Hanya terpikir untuk berlari
Secepat hembusan angin bertiup
Namun apa daya?
Ketika beban terasa semakin berat saja
Perempuan itu semakin rapuh
Di tengah hujan dan badai
Hingga fantasi seolah nyata
Dan tak ada lagi insan lain
Yang mampu menopang tubuhnya
Bilamana semua akan berakhir untuknya?
Sampai kapan bintang mampu menuntunnya?
Segenap bulir-bulir semangat yang tersisa
Hanya memberikan dua pilihan terakhir
Berusaha bertahan atau mati sia-sia
Langganan:
Postingan (Atom)
Selasa, 25 Mei 2010
Satu Malam Terindah
Pada satu jendela yang dingin
Diri duduk terdiam menatap langit
Kuperhatikan bintang berkedipan
Ku rasakan angin menyentuh lembut
Biaskan sejuta angan pada sunyi
Hingga tanpa terasa mata pun menutup
Tuk rasakan suasana syahdu
Kemudian, ku sandarkan tubuh ini
Ku hirup udara dingin perlahan
Hingga seketika tersadar
Ada satu kenyamanan singgah di hati
Membuat irama jantung berdetak teratur
Menenangkan aliran darahku
Yang sebelumnya sempat bergejolak
Inilah...
Satu malam terindah
Yang sempat kurasakan menghilang
Terenggut oleh lelah
Tertutupi keluh kesah
Hingga setiap detik kurasa sesak
Tak mampu lagi bergerak
Kini...
Ingin lebih lama nikmati
Putaran waktu yang berlalu
Dibawah langit hitam
Ditemani desah nafas orang yang tertidur
Karena hanya dikala ini
Aku bisa menjadi diriku sendiri
Diri duduk terdiam menatap langit
Kuperhatikan bintang berkedipan
Ku rasakan angin menyentuh lembut
Biaskan sejuta angan pada sunyi
Hingga tanpa terasa mata pun menutup
Tuk rasakan suasana syahdu
Kemudian, ku sandarkan tubuh ini
Ku hirup udara dingin perlahan
Hingga seketika tersadar
Ada satu kenyamanan singgah di hati
Membuat irama jantung berdetak teratur
Menenangkan aliran darahku
Yang sebelumnya sempat bergejolak
Inilah...
Satu malam terindah
Yang sempat kurasakan menghilang
Terenggut oleh lelah
Tertutupi keluh kesah
Hingga setiap detik kurasa sesak
Tak mampu lagi bergerak
Kini...
Ingin lebih lama nikmati
Putaran waktu yang berlalu
Dibawah langit hitam
Ditemani desah nafas orang yang tertidur
Karena hanya dikala ini
Aku bisa menjadi diriku sendiri
Dua Pilihan Terakhir
Bintang di utara
Tak goyahkan pijakkan itu
Meski beribu malam sunyi silih berganti
Tetap saja dia telusuri jalan itu
Tanpa henti...
Terkadang kaki tertusuk kerikil tajam
Sering pula terhempas dalam semak berduri
Tetapi rasa telah meyakini
Bahwa ada terang kan membuka
Kunci belenggu hati yang suram
Ketika hari semakin larut
Hanya terpikir untuk berlari
Secepat hembusan angin bertiup
Namun apa daya?
Ketika beban terasa semakin berat saja
Perempuan itu semakin rapuh
Di tengah hujan dan badai
Hingga fantasi seolah nyata
Dan tak ada lagi insan lain
Yang mampu menopang tubuhnya
Bilamana semua akan berakhir untuknya?
Sampai kapan bintang mampu menuntunnya?
Segenap bulir-bulir semangat yang tersisa
Hanya memberikan dua pilihan terakhir
Berusaha bertahan atau mati sia-sia
Tak goyahkan pijakkan itu
Meski beribu malam sunyi silih berganti
Tetap saja dia telusuri jalan itu
Tanpa henti...
Terkadang kaki tertusuk kerikil tajam
Sering pula terhempas dalam semak berduri
Tetapi rasa telah meyakini
Bahwa ada terang kan membuka
Kunci belenggu hati yang suram
Ketika hari semakin larut
Hanya terpikir untuk berlari
Secepat hembusan angin bertiup
Namun apa daya?
Ketika beban terasa semakin berat saja
Perempuan itu semakin rapuh
Di tengah hujan dan badai
Hingga fantasi seolah nyata
Dan tak ada lagi insan lain
Yang mampu menopang tubuhnya
Bilamana semua akan berakhir untuknya?
Sampai kapan bintang mampu menuntunnya?
Segenap bulir-bulir semangat yang tersisa
Hanya memberikan dua pilihan terakhir
Berusaha bertahan atau mati sia-sia
Langganan:
Postingan (Atom)